PERPUSTAKAAN INSTITUT TEKNOLOGI GARUT

  • Beranda
  • Informasi
  • Berita
  • Bantuan
  • Pustakawan
  • Area Anggota
  • Pilih Bahasa :
    Bahasa Arab Bahasa Bengal Bahasa Brazil Portugis Bahasa Inggris Bahasa Spanyol Bahasa Jerman Bahasa Indonesia Bahasa Jepang Bahasa Melayu Bahasa Persia Bahasa Rusia Bahasa Thailand Bahasa Turki Bahasa Urdu

Pencarian berdasarkan :

SEMUA Pengarang Subjek ISBN/ISSN Pencarian Spesifik

Pencarian terakhir:

{{tmpObj[k].text}}
Image of Analisa Ujia KUat Tekan Beton Dengan Bahan Tambahan Batu Bata Merah

Text

Analisa Ujia KUat Tekan Beton Dengan Bahan Tambahan Batu Bata Merah

Ahmad Syarif & Chandra Setiawan - Nama Orang;

Kerusakan-kerusakan pada perkerasan jalan atau lapisan penutup aspal harus diprioritaskan perbaikannya, karena di daerah dengan curah hujan yang tinggi seperti di Indonesia, perkerasan dapat lebih cepat rusak apabila pekerjaan struktur jalan tidak sesuai dengan ketentuan. Tingkat kerataan jalan (International Roughness Index, IRI) merupakan salah satu faktor/fungsi pelayanan (functional performance) dari suatu perkerasan jalan yang sangat berpengaruh pada kenyamanan pengemudi (riding quality). Kualitas jalan yang ada maupun yang akan dibangun harus sesuai dengan standar dan ketentuan yang berlaku. Syarat utama jalan yang baik adalah kuat, rata, kedap air, tahan lama dan ekonomis sepanjang umur yang direncanakan. Pengukuran tingkat kerataan permukaan jalan belum banyak dilakukan di Indonesia mengingat kendala terbatasnya peralatan sehingga persyaratan kerataan dalam monitoring dan evaluation terhadap konstruksi jalan yang ada tidak dapat dilakukan secara baik menurut standar nasional bidang jalan. Untuk mengetahui tingkat kerataan permukaan jalan dapat dilakukan pengukuran dengan menggunakan berbagai cara/metode yang telah direkomendasikan oleh Bina Marga maupun AASHTO. Salah satu cara pengukuran tingkat kerataan jalan yang direkomendasikan oleh Bina Marga yaitu dengan cara form survei kerusakan jalan sesuai pedoman pelaporan nilai kondisi jalan tahun 2015.Tingkat kerusakan jalan rata-rata Ruas Jalan Selajambe-Cibogo-Cibeet sebesar 5,130 %. Lokasi Km.Bdg. 63+000-64+000 memiliki nilai IRI yang paling tinggi yaitu 12, didominasi oleh kerusakan berupa lubang dangkal sebanyak 8.916,56 m2 yang penanganannya direncanakan dengan tambal sulam dengan hotmix, oleh karena itu pengamat Jalan harus sigap dan rutin melaporkan kerusakan-kerusakan jalan tiap bulannya sehingga kemantapan dan kondisi jalan tetap terjaga dengan baik, guna memperlancar menunjang arus/laju perekonomian. Penanganan yang tepat dan sesuai akan membuat jalan berada pada kondisi yang baik berdasarkan kemantapan jalan yang direncanakan.

Kerusakan-kerusakan pada perkerasan jalan atau lapisan penutup aspal harus diprioritaskan perbaikannya, karena di daerah dengan curah hujan yang tinggi seperti di Indonesia, perkerasan dapat lebih cepat rusak apabila pekerjaan struktur jalan tidak sesuai dengan ketentuan. Tingkat kerataan jalan (International Roughness Index, IRI) merupakan salah satu faktor/fungsi pelayanan (functional performance) dari suatu perkerasan jalan yang sangat berpengaruh pada kenyamanan pengemudi (riding quality). Kualitas jalan yang ada maupun yang akan dibangun harus sesuai dengan standar dan ketentuan yang berlaku. Syarat utama jalan yang baik adalah kuat, rata, kedap air, tahan lama dan ekonomis sepanjang umur yang direncanakan. Pengukuran tingkat kerataan permukaan jalan belum banyak dilakukan di Indonesia mengingat kendala terbatasnya peralatan sehingga persyaratan kerataan dalam monitoring dan evaluation terhadap konstruksi jalan yang ada tidak dapat dilakukan secara baik menurut standar nasional bidang jalan. Untuk mengetahui tingkat kerataan permukaan jalan dapat dilakukan pengukuran dengan menggunakan berbagai cara/metode yang telah direkomendasikan oleh Bina Marga maupun AASHTO. Salah satu cara pengukuran tingkat kerataan jalan yang direkomendasikan oleh Bina Marga yaitu dengan cara form survei kerusakan jalan sesuai pedoman pelaporan nilai kondisi jalan tahun 2015.Tingkat kerusakan jalan rata-rata Ruas Jalan Selajambe-Cibogo-Cibeet sebesar 5,130 %. Lokasi Km.Bdg. 63+000-64+000 memiliki nilai IRI yang paling tinggi yaitu 12, didominasi oleh kerusakan berupa lubang dangkal sebanyak 8.916,56 m2 yang penanganannya direncanakan dengan tambal sulam dengan hotmix, oleh karena itu pengamat Jalan harus sigap dan rutin melaporkan kerusakan-kerusakan jalan tiap bulannya sehingga kemantapan dan kondisi jalan tetap terjaga dengan baik, guna memperlancar menunjang arus/laju perekonomian. Penanganan yang tepat dan sesuai akan membuat jalan berada pada kondisi yang baik berdasarkan kemantapan jalan yang direncanakan.
Kerusakan-kerusakan pada perkerasan jalan atau lapisan penutup aspal harus diprioritaskan perbaikannya, karena di daerah dengan curah hujan yang tinggi seperti di Indonesia, perkerasan dapat lebih cepat rusak apabila pekerjaan struktur jalan tidak sesuai dengan ketentuan. Tingkat kerataan jalan (International Roughness Index, IRI) merupakan salah satu faktor/fungsi pelayanan (functional performance) dari suatu perkerasan jalan yang sangat berpengaruh pada kenyamanan pengemudi (riding quality). Kualitas jalan yang ada maupun yang akan dibangun harus sesuai dengan standar dan ketentuan yang berlaku. Syarat utama jalan yang baik adalah kuat, rata, kedap air, tahan lama dan ekonomis sepanjang umur yang direncanakan. Pengukuran tingkat kerataan permukaan jalan belum banyak dilakukan di Indonesia mengingat kendala terbatasnya peralatan sehingga persyaratan kerataan dalam monitoring dan evaluation terhadap konstruksi jalan yang ada tidak dapat dilakukan secara baik menurut standar nasional bidang jalan. Untuk mengetahui tingkat kerataan permukaan jalan dapat dilakukan pengukuran dengan menggunakan berbagai cara/metode yang telah direkomendasikan oleh Bina Marga maupun AASHTO. Salah satu cara pengukuran tingkat kerataan jalan yang direkomendasikan oleh Bina Marga yaitu dengan cara form survei kerusakan jalan sesuai pedoman pelaporan nilai kondisi jalan tahun 2015.Tingkat kerusakan jalan rata-rata Ruas Jalan Selajambe-Cibogo-Cibeet sebesar 5,130 %. Lokasi Km.Bdg. 63+000-64+000 memiliki nilai IRI yang paling tinggi yaitu 12, didominasi oleh kerusakan berupa lubang dangkal sebanyak 8.916,56 m2 yang penanganannya direncanakan dengan tambal sulam dengan hotmix, oleh karena itu pengamat Jalan harus sigap dan rutin melaporkan kerusakan-kerusakan jalan tiap bulannya sehingga kemantapan dan kondisi jalan tetap terjaga dengan baik, guna memperlancar menunjang arus/laju perekonomian. Penanganan yang tepat dan sesuai akan membuat jalan berada pada kondisi yang baik berdasarkan kemantapan jalan yang direncanakan.

Kerusakan-kerusakan pada perkerasan jalan atau lapisan penutup aspal harus diprioritaskan perbaikannya, karena di daerah dengan curah hujan yang tinggi seperti di Indonesia, perkerasan dapat lebih cepat rusak apabila pekerjaan struktur jalan tidak sesuai dengan ketentuan. Tingkat kerataan jalan (International Roughness Index, IRI) merupakan salah satu faktor/fungsi pelayanan (functional performance) dari suatu perkerasan jalan yang sangat berpengaruh pada kenyamanan pengemudi (riding quality). Kualitas jalan yang ada maupun yang akan dibangun harus sesuai dengan standar dan ketentuan yang berlaku. Syarat utama jalan yang baik adalah kuat, rata, kedap air, tahan lama dan ekonomis sepanjang umur yang direncanakan. Pengukuran tingkat kerataan permukaan jalan belum banyak dilakukan di Indonesia mengingat kendala terbatasnya peralatan sehingga persyaratan kerataan dalam monitoring dan evaluation terhadap konstruksi jalan yang ada tidak dapat dilakukan secara baik menurut standar nasional bidang jalan. Untuk mengetahui tingkat kerataan permukaan jalan dapat dilakukan pengukuran dengan menggunakan berbagai cara/metode yang telah direkomendasikan oleh Bina Marga maupun AASHTO. Salah satu cara pengukuran tingkat kerataan jalan yang direkomendasikan oleh Bina Marga yaitu dengan cara form survei kerusakan jalan sesuai pedoman pelaporan nilai kondisi jalan tahun 2015.Tingkat kerusakan jalan rata-rata Ruas Jalan Selajambe-Cibogo-Cibeet sebesar 5,130 %. Lokasi Km.Bdg. 63+000-64+000 memiliki nilai IRI yang paling tinggi yaitu 12, didominasi oleh kerusakan berupa lubang dangkal sebanyak 8.916,56 m2 yang penanganannya direncanakan dengan tambal sulam dengan hotmix, oleh karena itu pengamat Jalan harus sigap dan rutin melaporkan kerusakan-kerusakan jalan tiap bulannya sehingga kemantapan dan kondisi jalan tetap terjaga dengan baik, guna memperlancar menunjang arus/laju perekonomian. Penanganan yang tepat dan sesuai akan membuat jalan berada pada kondisi yang baik berdasarkan kemantapan jalan yang direncanakan.


Ketersediaan
S17.8651 (132)001.4 AHM aMy Library (Rak 9)Tersedia
Informasi Detail
Judul Seri
-
No. Panggil
001.4 AHM a
Penerbit
Garut : STTG., 2016
Deskripsi Fisik
68 hlm.; Ilus : 24,5 x19 Cm.
Bahasa
Indonesia
ISBN/ISSN
N.I
Klasifikasi
000
Tipe Isi
text
Tipe Media
-
Tipe Pembawa
-
Edisi
-
Subjek
-
Info Detail Spesifik
-
Pernyataan Tanggungjawab
-
Versi lain/terkait

Tidak tersedia versi lain

Lampiran Berkas
Tidak Ada Data
Komentar

Anda harus masuk sebelum memberikan komentar

PERPUSTAKAAN INSTITUT TEKNOLOGI GARUT
  • Informasi
  • Layanan
  • Pustakawan
  • Area Anggota

Tentang Kami

PERPUSTAKAAN INSTITUT TEKNOLOGI GARUT 

Terakreditasi "B" 
Lantai 2 Institut Teknologi Garut

Cari

masukkan satu atau lebih kata kunci dari judul, pengarang, atau subjek

Donasi untuk SLiMS Kontribusi untuk SLiMS?

© 2025 — Senayan Developer Community

Ditenagai oleh SLiMS
Pilih subjek yang menarik bagi Anda
  • Karya Umum
  • Filsafat
  • Agama
  • Ilmu-ilmu Sosial
  • Bahasa
  • Ilmu-ilmu Murni
  • Ilmu-ilmu Terapan
  • Kesenian, Hiburan, dan Olahraga
  • Kesusastraan
  • Geografi dan Sejarah
Icons made by Freepik from www.flaticon.com
Pencarian Spesifik